Rabu, 27 April 2011

Learning Cycle

Model Learning Cycle merupakan suatu pendekatan atau model belajar mengajar yang mengacu pada pandangan kontruktivisme. Model ini pertama kali dikembangkan dalam program pendidikan sains SCIS (Science Curriculum Improvement Study) USA tahun 1970 dengan dipelopori oleh Their, Karplus, Lawson, Knol, dan Montogomery (Ramsey, 1993: 1 dalam Nadapdap, 1997: 11).
Kemudian dalam perkembangannya Heron (1988) mengemukakan tentang model pembelajaran Learning Cycle. Learning Cycle adalah suatu pendekatan pembelajaran mengikuti pola tertentu yang terdiri dari tiga tahap yang mengalami perubahan yaitu: (1) fase eksplorasi; (2) fase pengenalan konsep; (3) fase aplikasi konsep.
Dahar, RW (1996: 197) mengemukakan bahwa selama fase eksplorasi siswa belajar melalui aksi dan reaksi mereka sendiri dalam situasi baru. Dalam fase ini mereka menyelidiki suatu fenomena dengan bimbingan minimal. Fenomena baru itu seharusnya menimbulkan pertanyaan-pertanyaan atau kekompleksan yang tidak dapat mereka pecahkan dengan gagasan-gagasan mereka yang ada atau dengan pola-pola penalaran yang biasa mereka gunakan. Dengan kata lain bahwa fase ini adalah fase yang menyediakan kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan gagasan-gagasan mereka yang bertentangan dan dapat menimbulkan perdebatan. Fase pengenalan konsep biasanya dimulai dengan memperkenalkan suatu konsep atau konsep-konsep yang ada hubungannya dengan fenomena yang diselidiki, didiskusikan dalam konteks apa yang telah diamati selama fase eksplorasi. Sedangkan fase aplikasi konsep adalah fase dimana siswa diberi kesempatan untuk menggunakan konsep-konsep yang telah didapat pada fase sebelumnya dalam konteks kehidupan sehari-hari dan menggunakannya dalam situasi yang baru.
Fase-fase dalam Learning Cycle dapat digambarkan seperti gambar dibawah ini:


Gambar. Tahapan Model Learning Cycle

Model Learning Cycle yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang sudah mengalami perkembangan dalam istilah fasenya. Fase yang mengalami perkembangan meliputi:
a. Fase eksplorasi, fase ini memberikan kesempatan secara langsung pada siswa untuk mengungkapkan pengetahuan awalnya dalam mengobservasi, mengembangkan pengetahuan baru, memahami fenomena alam, dan mengkomunikasikannya pada orang lain. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik kognitif pada diri mereka dan berusaha melakukan pengujian dan berdiskusi untuk menjelaskan hasil observasinya. Pada dasarnya, tujuan fase ini untuk membangkitkan minat, rasa ingin tahu serta menerapkan konsepsi awal siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan dimulai dari hal yang konkret.
Sebagai contoh guru melibatkan siswa dalam satu atau beberapa pengalaman konkret dimana mereka mengobservasi dan menemukan konsep-konsep penting yang digunakan untuk menghubungkannya dengan konsep-konsep lainnya. Kemudian siswa diberi kesempatan untuk mengeksplorasi pengetahuannya yang lama, mengembangkan pengetahuan baru serta menjelaskan fenomena yang mereka alami dengan bahasa dan penyampaiannya sendiri.
b. Fase pengenalan konsep, fase ini guru mulai mengenalkan tentang suatu konsep atau istilah baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Dengan menggunakan berbagai metode yang tepat serta media yang sesuai guru menjelaskan konsep-konsep.
Sebagai contoh guru membantu siswa dalam mengkomunikasikan pemahaman pengalaman konkret dan mengenalkan istilah dan penjelasan yang lebih mendalam. Kemudian siswa diberi beberapa persoalan sejenis dan disarankan mereka menjawabnya dengan pandangan alternatif yang diusulkan guru. Diharapkan mereka merasakan bahwa pandangan baru dari guru tersebut mudah dipahami, masuk akal dan berhasil dalam menjawab berbagai persoalan.
c. Fase aplikasi konsep, pada fase ini guru memberikan berbagai persoalan dengan konteks yang berbeda untuk diselesaikan oleh siswa dengan konsep yang telah mereka dapat pada fase kedua.
Sebagai contoh, dalam fase ini guru menyiapkan permasalahan lain yang dapat dipecahkan siswa berdasarkan pengalaman eksplorasi dan pengenalan konsep. Kemudian siswa melakukan kegiatan menerapkan konsep dalam konteks kehidupan sehari-hari dan selanjutnya menerapkan konsep pada situasi baru. Dalam hal ini guru membantu siswa menginterpretasikan hasil pengalamannya berdasarkan pengalaman awal.
Contoh penerapan learning cycle pada bidang elektronika, misalnya pada penerapan konsep dasar digital. Pada fase ekplorasi, guru melibatkan siswa dalam pengalaman konkret, misalnya penganalogian dua buah saklar yang diaktifkan secara bergantian. Fase pengenalan konsep, dimana guru membantu siswa dalam menemukan suatu konsep yang mereka dapat pada fase eksplorasi, misalkan pada saat saklar ON maka listrik mengalir = 1 dan pada saat saklar OFF maka listrik tidak mengalir = 0. Dan fase aplikasi konsep, dimana saat 2 buah saklar tersebut digunakan dengan hubungan seri atau paralel ditambah sebuah lampu sebagai indikator. Misalnya, pada hubungan seri maka jika saklar A OFF dan saklar B OFF dan lampu mati, jika saklar A ON dan saklar B ON maka lampu menyala, hal tersebut dapat dikatakan bahwa A. 1 = 1 dan A. 0 = 0.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar